REVIEW ARTIKEL : Manajemen Terapi Demam Tifoid : Kajian Terapi Farmakologis dan Non Farmakologis
Sari
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penderita demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000. Demam tifoid dapat diberikan terapi farmakologis maupun non farmakologis yang bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, meminimalkan komplikasi sekaligus untuk mencegah penyebaran penyakit. Metode yang digunakan dalam pengerjaan literatur review ini adalah studi literatur yang bersumber dari jurnal, e-book, dan artikel ilmiah nasional maupun internasional dengan tahun terbit maksimal 5 tahun terakhir. Terapi farmakologis yang dapat diberikan pada penderita demam tifoid yaitu terapi antibiotik seperti penggunaan Ciprofloxacin, Cefixime, Kloramfenikol, Tiamfenikol, Azitromisin, Ceftriaxone dan terapi kortikosteroid seperti penggunaan Dexametasone. Namun, perlu diperhatikan dalam penggunaan antibiotik maupun kortikosteroid dalam pengobatan demam tifoid. Penggunaan secara sembarangan menyebabkan peningkatan kejadian demam tifoid yang resistensi terhadap antibiotik maupun timbulnya efek samping terhadap antibiotik maupun kortikosteroid yang justru memperburuk kondisi penderita demam tifoid.Terapi non farmakologis untuk demam tifoid yaitu tirah baring, diet lunak rendah serat serta menjaga kebersihan. Kajian terapi farmakologis diperlukan dalam pemilihan jenis obat yang akan sangat menentukan kualitas penggunaan obat dalam pemilihan terapi dan kajian non farmakologis diperlukan untuk mendukung keberhasilan terapi.
Kata Kunci : Demam tifoid, terapi farmakologis, terapi non farmakologis
Teks Lengkap:
PDFDOI: https://doi.org/10.24198/jf.v16i1.17445
DOI (PDF): https://doi.org/10.24198/jf.v16i1.17445.g8634
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Sitasi manajer:
Jurnal ini diindeks dalam:
Farmaka by Universitas Padjadjaran is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Copyright © 2013 Jurnal Farmaka - All Right Reserved