KONTROL STRUKTUR TERHADAP MINERALISASI PADA DAERAH NORTH WEST DI AREA TAMBANG BATU HIJAU, PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

Taufiqul Hafizh, Aton Patonah, Iyan Haryanto, Eddy Priowasono

Sari


Dalam proses alterasi dan mineralisasi, struktur geologi sangat bereperan dalam menyediakan jalur dan tempat untuk larutan hidrotermal mengendap. Semakin banyak struktur yang berkembang, maka kemungkinan semakin banyak juga cadangan endapan bijih yang akan terbentuk. Anomali – anomali kadar Cu dan Au pada muncul zona sesar Bromo, Merapi dan Katala pada daerah North West Tambang Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara merupakan salah satu bukti struktur geologi berperan penting dalam proses mineralisasi dan alterasi. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui struktur apa saja yang berkembang dan apa pengaruhnya terhadap mineralisasi khusunya endapan tembaga dan emas. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengukur struktur yang berkembang pada daerah North West dengan Sesar Bromo, Merapi, dan Katala sebagai acuan utama. Data yang dikumpulkan adalah data kekar, sesar dan vein, kemudian data penyebaran tembaga dan emas. Hasil pengukuran struktur menunjukan bahwa, secara umum kekar, urat dan sesar yang berkembang didominasi oleh arah yang relatif orientasi barat laut – tenggara dengan arah kemiringan ke arah barat daya, yaitu dengan kemiringan rata – rata diatas 50o. Urat yang ditemukan berupa urat kuarsa, urat kuarsa-kalkopirit, dan urat kuarsa-pirit. Sesar Bromo, Merapi dan katala memotong seluruh struktur dan batuan pada tambang Batu Hijau. Penyebaran rata – rata nilai kadar tembaga pada daerah penelitian dibawah 0,5%, sedangkan penyebaran rata – rata kadar emas pada daerah penelitian dibawah 0,3 g/t. Hasil overlay antara penyebaran struktur dan anomali Cu dan Au yang muncul menunjukan bahwa, irisan antara struktur dan anomali Cu dan Au pada berada pada bagian hanging wall dari sesar Merapi, zona sesar Merapi dan zona sesar Katala. Anomali yang muncul berasosiasi dengan sesar minor yang terisi oleh hancuran feldspar dan tembaga, dengan arah relatif barat laut - tenggara, memiliki kemiringan 400-700  ke arah barat daya, kemudian berasosiasi dengan struktur Riedel P-Shear, R’antythetic dan X-fracture.  Hal ini dapat di interpretasikan bahwa, kemunculan anomali dipengaruhi oleh perkembangan pola struktur riedel yang berkembang pada mineralisasi akhir terjadi. Struktur bukaan riedel diperkirakan menjadi wadah atau tempat terbentuknya mineralisasi.

Kata kunci : Sesar Bromo, Sesar Merapi, Sesar Katala, Struktur Riedel, alterasi


Teks Lengkap:

PDF

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.