PENGUATAN INTERAKSI BUDAYA SUNDA DAN TIONGHOA MELALUI FESTIVAL BULAN DI KOTA BANDUNG

Ekaning Krisnawati, Uray Afrina, Tri Bigrit Cleveresty, Elvi Citraresmana

Sari


Di samping etnis Sunda yang merupakan etnis terbesar yang berada di kota Bandung, terdapat pula etnis Tionghoa. Untuk memperkuat toleransi serta meningkatkan sikap saling memahami dan menghargai antara kedua etnis ini dilakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) dalam bentuk Festival Bulan dengan tema “Sinar Bulan yang Terang Membawa Kebahagiaan”. Kegiatan ini dipilih karena baik dalam budaya Sunda dan Tionghoa terdapat kemiripan pandangan tentang bulan. Kemiripan pandangan inilah yang mendasari kegiatan PPM melalui kolaborasi dengan berbagai komunitas Sunda dan Tionghoa. Festival Bulan dilaksanakan dengan menggandeng Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Bandung yang telah memiliki aset yang diperlukan untuk terlaksananya kegiatan ini. PPM dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu tahap discover, design, define, dan reflect. Inti dari kegiatan PPM adalah Festival Bulan yang terdiri atas serangkaian acara yang dilaksanakan pada 29 September 2023 di Aula YDSP. Dalam Festival Bulan ini terdapat pemaparan materi tentang makna bulan dari sudut pandang etnis Sunda dan etnis Tionghoa, penampilan seni berupa nyanyian, tarian, musikalisasi puisi dan drama yang semuanya bertemakan bulan. Pada kegiatan ini baik masyarakat etnis Sunda dan etnis Tionghoa saling mengenal dan belajar tentang bulan dari budaya yang berbeda sehingga tujuan pelaksanaan kegiatan ini untuk memperkuat interaksi antara budaya Sunda dan Tionghoa tercapai.

 

Besides the Sundanese ethnic group as the largest ethnic group in the city of Bandung, there is also the Chinese ethnic group. To strengthen tolerance and enhance mutual understanding and appreciation between these two ethnic groups, a Community Service Activity (PPM) was conducted in the form of a Moon Festival with the theme "Bright Moonlight Brings Happiness". This activity was chosen because both Sundanese and Chinese cultures have similarities in their views of the moon. It is this similar perspective that underpins the PPM activity through collaboration with various Sundanese and Chinese communities. The Moon Festival was carried out in collaboration with Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Bandung, which already has the necessary assets for the implementation of this activity. PPM was carried out through four stages: discover, design, define, and reflect. The core of the PPM activity is the Moon Festival, consisting of a series of events held on September 29, 2023, in YDSP Hall. During this Moon Festival, there were presentations on the meaning of the moon from the perspectives of the Sundanese and Chinese ethnic groups, artistic performances including singing, dancing, musical poetry, and drama, all themed around the moon. In this activity, both the Sundanese and Chinese communities get to know each other and learn about the moon from different cultural perspectives, thus achieving the goal of strengthening interaction between Sundanese and Chinese cultures.


Kata Kunci


Interaksi Budaya, Festival Bulan, Penguatan, Etnis Sunda, Etnis Tionghoa

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Dermawan, W., Alam, G. N., & Azmi, F. (2023). Penguatan seni tradisional Reak sebagai warisan budaya daerah di Kecamatan Jatinangor Jawa Barat. Kumawula: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 6(1), 238-244.

Dewi, S. H. (2017). Peran Yayasan Dana Sosial Priangan dalam mempertahankan Budaya Tionghoa di Kota Bandung (2002-2015). (Disertasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung). https://api.semanticscholar.org/CorpusID:193049828.

Ginanjar, P. Y., Afrina, U., Cleveresty, T. B., & Maarif, S. (2023). Sosialisasi naskah story-telling tradisional dari Tingkok dan Jepang kepada diabilitas. Kumawula: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 6(2), 409-414.

Ilma, M., & Azizah, W. (2022). Peningkatan produktivitas remaja pada masa pandemi melalui pembuatan Makrame di Desa Ngrukem Mlarak Ponorogo. Abdimas Galuh, 4(1), 217-232.

Lemei, Y. (2006). China's Mid-Autumn Day. Journal of Folklore Research 43(3), 263-270. https://doi.org/10.2979/jfr.2006.43.3.263

Maulana, M. (2019). Asset-based community development: Strategi pengembangan masyarakat di desa wisata Ledok Sambi Kaliurang. Empower: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 4(2), 259-278.

Meliana, H., & Rudiansyah, R. (2022). Legenda dan makna Festival Pertengahan Musim Gugur bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan. CHANGLUN: Chinese Language, Literature, Culture and Linguistic, 1(1), 52-68.

Wahid, A., Permatasari, D., Fatah, F. R., Apriliyani, A., & Wahyuni, I. (2023). Penguatan budaya lokal dan nasionalisme melalui Festival Layang-Layang. Pabitara: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 14-23.

Wenny. (2009). Branding Kue Bulan Tek Kie untuk menuju akulturasi kuliner baru di Bandung. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha.




DOI: https://doi.org/10.24198/kumawula.v7i1.52717

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.




Kumawula: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Terindeks Di:

 Google Scholar   Indonesia One SearchWorldCat Crossref  Bielefeld Academic Search Engine (BASE)