Antara Mitos dan Realitas: Historisitas Maung di Tatar Sunda
Sari
Secara kultural, masyarakat Sunda cukup akrab dengan maung (harimau). Maung adalah sebutan khusus untuk harimau di wilayah Tatar Sunda. Maung direpresentasikan secara khusus sebagai simbol kekuatan. Simbolisasi maung tercermin dalam beberapa identitas kekinian, seperti pada julukan klub sepak bola terbesar di Jawa Barat, Persib “maung” Bandung serta pengadopsian secara visual sebagai lambang Divisi Siliwangi, satuan militer wilayah Jawa Barat. Di balik pemaknaan itu, terdapat jejak-jejak historis yang menyebabkan begitu lekatnya maung dalam benak masyarakat Sunda. Penelitian ini berusaha untuk menelusuri maung dalam bingkai mitos dan juga ekologis. Di Tatar Sunda tersebar mitos-mitos terkait harimau yang disampaikan secara lisan dan tulisan (naskah). Selain itu, jejak maung pun banyak pula ditulis pada sumber-sumber kolonial, seperti arsip, koran, hingga roman. Secara umum, maung mencerminkan mentalitas kultural masyarakat Sunda, yang pemaknaannya menjadi penghubung antara mitos dan realitas.
Sundanese people are quite familiar with maung (tiger). Maung is a special name for tigers in the Tatar Sunda. Maung is represented as a symbol of strength. The symbolization of maung is reflected in several contemporary identities, such as the nickname of the biggest football club in West Java, Persib "maung" Bandung. Moreover, it is adopted visually as a symbol of military unit in the West Java region, Divisi Siliwangi. Behind the meaning, many historical traces which cause the existence of maung in the minds of the Sundanese people. This research seeks to explore the mythical and ecological framework. In Tatar Sunda scattered myths related to tigers that were delivered orally and in manuscript. In addition, many traces of Maung were also written in colonial sources, such as archives, newspapers, and romances. In general, it reflects the cultural mentality of Sundanese society, whose meaning is the link between myth and reality.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Arsip
Koloniaal Verslag 1852
Koloniaal Verslag 1870
Koloniaal Verslag 1871
Koloniaal Verslag 1888
Koloniaal Verslag 1900
Koloniaal Verslag 1901
Koloniaal Verslag 1902
Koloniaal Verslag 1903
Koloniaal Verslag 1904
Koloniaal Verslag 1905
Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 84 1862
Buku
Amanah, Siti. Carita Maung Padjajaran: Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Penuturan, dan Makna. Skripsi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia
van Belen, J Hendrik. 1914. De Dierenwereld van Insulinde. Deventer: Joh. J.C. van der Burgh
Boomgaard, Peter. 2001. Frontiers of Fear; Tiger and People in The Malay World 1600-1950. New Heaven & London: Yale University Press
Djajadiningrat, Hoesein. 1933. De Magische Achtergrond van de Maleische Pantoen. Batavia: G. Kolff & Co.
Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie vol. II. 1902. The Hague: Martinus Nijhoff
Hadish, Yetty Kusmiyati dkk. 1979. Sastra Lisan Sunda mite, fabel dan legende 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Hidding, K.A.H. 1935. Gebruiken en Godsdienst der Soendaneezen. Batavia: G. Kolff & Co.
Marzuki, Surliana dkk. 1992/1993. Wawacan Perbu Kean Santang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Multatuli. 2014. Max Havelaar. Yogyakarta: Narasi
Raffles, Thomas Stamford. The History of Java. Yogyakarta: Narasi
Wessing, Robert. A Change in the Forest: Myth and History in West Java. Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 24, No. 1 March 1993. Cambridge University Press
Artikel dalam Koran
Berita Priangan, “Diterkam Macan”, Kamis 17 Mei 1934
DOI: https://doi.org/10.24198/metahumaniora.v9i1.22873
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by4.footer##
Jurnal Metahumaniora Terindeks
Penerbit:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.